Akankah tradisi WASP kembali didobrak? Akankah The White House dihuni oleh The Black Man? Kini kita sudah tahu bahwa Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat adalah Barack Obama, atau lengkapnya Barack Hussein Obama, Jr. Setidaknya saya menang taruhan sama istri untuk calon dari Partai Demokrat ini karena jagoan istri yaitu Hillary Clinton, atau lengkapnya Hillary Rodham Clinton, sudah mengaku kalah dengan sportif. Suatu hal yang langka dalam politik di Indonesia, yang pasti minta pemilu/pilkada ulang, minimal minta penghitungan ulang. Sebelumnya untuk calon dari Partai Republik saya sudah kalah taruhan sama istri. Karena jagoan saya, Mike Huckabee, kalah oleh jagoan istri saya, John McCain. Jadi skornya sekarang 1-1.....
Menarik dicermati atas pencalonan Barack Obama dan Hillary Clinton ini oleh Partai Demokrat. Karena sejarah mencatat, merekalah dahulu yang menghalang-halangi kaum negro dan wanita ikut pemilu. Jadi ada perubahan drastis di kubu Partai Demokrat. Sedangkan Partai Republik tidak mengalami perubahan berarti sejak dulu.
Selain itu, dalam politik Amerika Serikat ada tradisi politik untuk presiden, yaitu selalu dari kalangan WASP (White, Anglo-Saxon, Protestant) yaitu kaum kulit putih, keturunan ras Anglo-Saxon (Inggris Raya), dan beragama Kristen Protestan. Walaupun secara konstitusi semua warga negara berhak jadi presiden tanpa memandang warna kulit, ras, dan agama. Hal ini juga berlaku di Indonesia yang mengalami tradisi JI (Jawa, Islam) yaitu suku Jawa dan beragama Islam, walaupun secara UUD semua berhak mencalonkan diri jadi presiden. Kalaupun ada yang bukan dari kalangan JI tersebut, itu adalah presiden yang ditunjuk, bukan presiden yang dipilih. Hal ini saya sebut tradisi bukan mitos. Karena baik WASP maupun JI itu terbentuk dari adanya mainstream (kelompok masyarakat yang mayoritas) yang ada di masyarakat. Belum lagi adanya tradisi Man/Pria yang berlaku di Amerika Serikat maupun di Indonesia.
.
.
Dari sejak berdirinya negara Amerika Serikat ini sampai sekarang sudah ada 43 orang presiden. Cuma satu orang yang pernah mendobrak tradisi ini yaitu ketika John F. Kennedy jadi presiden. Dan semua tahu, dia terbunuh di awal masa kepresidennya. Selain itu, belum ada juga presiden wanita. Seperti di Indonesia, presiden wanita adalah hal yang belum bisa diterima dan diperparah lagi oleh tidak kompaknya kaum wanita karena mudah dipengaruhi dan berpaling ke wajah ganteng. Kalaupun Megawati bisa mendobrak, itupun bukan untuk masa jabatan 5 tahun. Karena terpaksa. Jadi sebenarnya dunia politik di Indonesia dan Amerika Serikat itu relatif sama, bersifat maskulin(dunia laki-laki) dan memegang teguh tradisi politik, WASP untuk Amerika Serikat dan JI untuk Indonesia. Semboyannya juga sama, E Pluribus Unum, sama dengan yang kita punya, Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya kurang-lebih sama, yaitu berbeda tapi sama, banyak untuk satu. Yang beda cuma sportivitas aja dalam menerima kekalahan.
Penyimpangan tradisi WASP
Bagi Obama, penyimpangan itu terlalu jauh. Dia diluar mainstream masyarakat Amerika Serikat. Senator yang mewakili Illinois, yang nama lengkapnya Barack Hussein Obama, itu memang beragama Kristen Protestan, tapi dia bukanlah keturunan Anglo-Saxon. Laki-laki kelahiran Hawaii, 1 Agustus 1961, tersebut lebih menonjol sebagai wakil orang-orang kulit hitam. Wilayah Illinois memang terkenal dengan masyarakat kulit hitamnya. Musik blues dan jazz yang dianggap sebagai aspirasi warga kulit hitam itu juga menjadi kebanggaan Chicago, ibu kota Negara Bagian Illinois, yang juga dikenal sebagai The Second City.
Obama sempat bersekolah di Jakarta, setelah ibunya menikahi ayah tirinya, Lolo Soetoro, seorang mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Amerika. Sebagai orang yang berlatar belakang "Timur" seperti itu, apalagi dengan nama tengah "Hussein", Obama menghadapi kendala sentimen etnik yang tak mudah disiasati. Memang di sisi lain dia akan mudah memperoleh suara dari kelompok kulit hitam, kelompok Muslim, dan kelompok keturunan Arab (ket.: mayoritas keturunan Arab di Amerika Serikat justru beragama Kristen Katolik, tokohnya al: Prof.Dr. Edward Said (alm) dan Jendral John Abijaid (Panglima Amerika Serikat di Timur Tengah)).
Jadi, dilihat dari faktor WASP, dia cuma memiliki P, Protestan. Dan faktor Man (laki-laki). Sungguh cacat score yang lebih buruk daripada Hillary Clinton.
Tradisi berdasarkan komposisi mayoritas
.
.
Jika pendapat ini mengandung kebenaran, keberhasilan Obama sangat bergantung pada perubahan komposisi faktor mayoritas tersebut. Bagi Obama, dia perlu meyakinkan setiap orang bahwa politiknya bermanfaat bagi kaum kulit putih keturunan Inggris untuk bisa melaju menjadi seorang Presiden Amerika. Dia juga perlu menunjukkan sikap yang agak konservatif terhadap nilai-nilai keluarga dan agama Kristiani yang merupakan mainstream politik di Amerika Serikat sambil tidak menunjukkan sikap anti-Yahudi/Israel. George Soros merupakan modal awal yang baik buat Obama agar tidak dijegal kelompok Yahudi.
Akankah tradisi WASP kembali didobrak? Akankah The White House dihuni oleh The Black Man? Siapa tahu.....
Photos Slide : Barack Obama dan Tradisi WASP
by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
.
Cetak halaman ini (Print this page) ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar