Sebelum ke Makassar, tepatnya hari Jumat tanggal 5 September 2008, saya bersama teman-teman di Divisi Akuntansi mengadakan acara buka puasa bersama yang bertempat Restaurant Bandar Djakarta (namanya mirip nama acara TV di Jak-TV), Ancol. Sebetulnya acara ini mendadak, karena sebelumnya direncanakan pada Jumat tanggal 12 September 2008. Tapi pas ada tempat lowong di Bandar Djakarta maka langsung aja kami datang ke lokasi.....
.
Kami berangkat pas pulang kantor jam 15.30 wib dengan menggunakan 3 mobil Toyota Innova. Untungnya jalan menuju Ancol tidak begitu macet. Berada di kawasan Ancol. Cuma sayangnya letak Bandar Djakarta di dalam Taman Impian Jaya Ancol. Jadi, belum makan udah keluar duit dulu deh. Beda banget ama yang di Dapur Umum yang dekat Pantai Marina. Sama-sama di kawasan Ancol, tapi kita gak perlu keluar duit dulu sebelum makan.:) Akhirnya, kami pun masuk melalui pintu Ancol Timur (arah Kemayoran).
.
.
Bandar Djakarta ini adalah restaurant seafood di tepi laut (seaside seafood restaurant) teluk Jakarta yang memberikan kenyamanan yang diharapkan. Dapat dikatakan satu-satunya Restaurant seafood yang memiliki pemandangan langsung ke laut. Suasana pantai sangat terasa karena berada di outdoor. Kebetulan kami dapat meja panjang dekat dermaga. Selain itu ada juga di dalam ruangan-ruangan yang terbuka dan tertutup dengan kapasitas total sampai 1000 orang, sambil menikmati lagu-lagu manis yang dinyanyikan oleh artis Bandar.
.
Hampir semua kami di Divisi Akuntansi ikut buka puasa bersama kecuali Jovitha Salea Battu yang ayahnya sedang sakit di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur.
.
.
Sambil nunggu buka puasa kami naik perahu mengitari seputar teluk itu. Ombaknya kencang juga. Goyangannya perahu sangat terasa.. Kami pake 2 trip perahu itu keliling seputar teluk Jakarta. Rata-rata yang baru pertama kali naik perahu itu pas kembali ke dermaga wajahnya agak pucat.:) Memang sih, seharusnya pelampungnya cukup jangan cuma dua di perahu. Selain itu, harga naik perahu itu semestinya sudah termasuk asuransi. Sehingga ada kesan Bandar Djakarta tidak terlalu peduli dengan keselamatan konsumennya.
.
.
Setelah acara naik perahu selesai, ternyata masih lama waktu berbuka puasanya. Beberapa teman ada yang sibuk ber-sms-an ria, main game handphone, baca-baca koran, baca-baca majalah, dan ngobrol. Sedangkan saya sendiri keliling-keliling restaurant sambil foto-foto, tapi tanpa blitz agar tidak terlalu kelihatan lagi foto-foto.
.
Klo saya perhatikan, resto ini berusaha tampil jadul. Hal ini terbaca dari namanya yang menggunakan ejaan lama yaitu Bandar Djakarta, bukan Bandar Jakarta. Padahal resto ini berdiri baru tahun 2001, tepatnya 23 Desember 2001. Selain itu arsitektur bangunannya bergaya khas betawi jadul yang berusaha seakan kita berada di tengah pusat belanja di bandar tua Jakarta tempo doeloe yang romantis. Resto ini, katanya, didesain mengunakan ornamen-ornamen utamanya pintu-pintu tua dari toko-toko tua yang dikumpulkan dari desa-desa di sekitar Jabotabek, agar bentuk dan keaslian penampilan dapat sesuai keberadaanya yang langsung di pinggir laut dan laguna Ancol, perahu-perahu yang bersandar di tepinya, nyiur melambai serta pemandangan alam yang indah dan bersih.
.
.
Namun demikian, hal tersebut tidak didukung komponen lainnya dalam resto itu. Pakaian petugas, pegawai, dan pelayan dalam resto ini tidak mencerminkan busana tempo doeloe. Apalagi live musicnya asli musik jaman sekarang, tidak ada musik keroncong, orkes melayu, atau musik-musik jadul lainnya. Jadi, aura tempo doeloenya nggak dapet.
.
Cuma aura yang dapat disini adalah aura pasar ikan. Pasar Ikan Bandar Djakarta, merupakan ciri khas tersendiri. Di Pasar Ikan ini pengunjung resto dipersilahkan untuk berbelanja ikan, kerang, kepiting dan lainnya, persis suasananya di ruang pasar. Para pengunjung resto bebas untuk memilih ikan dan kerang, serta kepiting yang langsung ditimbang beratnya dan langsung bisa ditunggu masakannya.
.
Saya juga melihat banyak foto-foto dan tanda tangan orang terkenal yang pernah makan di Bandar Djakarta. Ada SBY, Fauzi Bowo, dan artis-artis terkenal juga, seperti grup band Radja, dll.
.
Pas sudah waktunya berbuka puasa, semuanya langsung minum. Setelah itu sebagian pergi sholat ke musholla yang terdapat di dalam restaurant Bandar Djakarta itu. Sedangkan sebagian lagi langsung menikmati hidangan pembuka yang diikuti makan malam. Lauknya ada ikan kuwe, cumi goreng tepung, dll.
.
Sambil makan sekali lagi saya perhatikan suasana resto ini. Memang romantis. Ada panggung live musik, tenda-tenda warna putih dipinggir pantai, perahu–perahu yang dihias dengan lampu warna-warni, dan tentu saja lilin di setiap meja. Makananya memang fresh dan bersih. Apalagi menurut sertifikat yang terpampang di salah satu dinding di situ, menyatakan bahwa makanan yang disajikan disini tidak mengandung zat kimia atau formalin. Ya iyalah, kan kelihatan dari awalnya ikan masih hidup trus dipukulin, trus mati, langsung dibakar.:)
.
.
Setelah selesai acara makan ternyata masih ada buah-buahan pencuci mulut. Kebetulan waktu itu di meja lain ada yang ulang tahun. Suasana cukup meriah dan lucu. Kemudian tiba-tiba teman saya Eri Surya Kelana namanya dipanggil MC untuk menyanyi di panggung. Dia sendiri kaget.:) Tampaknya kawan yang satu ini sedang dikerjain oleh teman yang lain. Selepas berbincang-bincang sebentar, lewat pukul 19.00 wib kami pun pulang berpencar dalam tiga mobil tadi, diiringi panggilan tak henti untuk Eri Surya Kelana dari Sang MC yang pantang menyerah.
.
Ketika keluar dari parkir Restaurant Bandar Djakarta dan mencari jalan keluar Ancol, mobil kami terpaksa jalan berputar-putar karena pintu keluar yang terdekat ditutup. Ada kira-kira seperempat jam lamanya kami mutar-mutar di dalam baru bisa keluar Ancol.
.
Oh ya, resto ini buka dari hari senin sampai hari minggu, disertai surprise untuk setiap acara ulang tahun. Jam operasionalnya di hari Senin-Jumat pukul 11.00-23.30 wib, sedangkan di hari Sabtu-Minggu pukul 10.00-24.00 wib. Selain untuk acara jamuan makan, Bandar Djakarta juga tersedia untuk acara pernikahan.
.Kami berangkat pas pulang kantor jam 15.30 wib dengan menggunakan 3 mobil Toyota Innova. Untungnya jalan menuju Ancol tidak begitu macet. Berada di kawasan Ancol. Cuma sayangnya letak Bandar Djakarta di dalam Taman Impian Jaya Ancol. Jadi, belum makan udah keluar duit dulu deh. Beda banget ama yang di Dapur Umum yang dekat Pantai Marina. Sama-sama di kawasan Ancol, tapi kita gak perlu keluar duit dulu sebelum makan.:) Akhirnya, kami pun masuk melalui pintu Ancol Timur (arah Kemayoran).
.
.
Bandar Djakarta ini adalah restaurant seafood di tepi laut (seaside seafood restaurant) teluk Jakarta yang memberikan kenyamanan yang diharapkan. Dapat dikatakan satu-satunya Restaurant seafood yang memiliki pemandangan langsung ke laut. Suasana pantai sangat terasa karena berada di outdoor. Kebetulan kami dapat meja panjang dekat dermaga. Selain itu ada juga di dalam ruangan-ruangan yang terbuka dan tertutup dengan kapasitas total sampai 1000 orang, sambil menikmati lagu-lagu manis yang dinyanyikan oleh artis Bandar.
.
Hampir semua kami di Divisi Akuntansi ikut buka puasa bersama kecuali Jovitha Salea Battu yang ayahnya sedang sakit di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur.
.
.
Sambil nunggu buka puasa kami naik perahu mengitari seputar teluk itu. Ombaknya kencang juga. Goyangannya perahu sangat terasa.. Kami pake 2 trip perahu itu keliling seputar teluk Jakarta. Rata-rata yang baru pertama kali naik perahu itu pas kembali ke dermaga wajahnya agak pucat.:) Memang sih, seharusnya pelampungnya cukup jangan cuma dua di perahu. Selain itu, harga naik perahu itu semestinya sudah termasuk asuransi. Sehingga ada kesan Bandar Djakarta tidak terlalu peduli dengan keselamatan konsumennya.
.
.
Setelah acara naik perahu selesai, ternyata masih lama waktu berbuka puasanya. Beberapa teman ada yang sibuk ber-sms-an ria, main game handphone, baca-baca koran, baca-baca majalah, dan ngobrol. Sedangkan saya sendiri keliling-keliling restaurant sambil foto-foto, tapi tanpa blitz agar tidak terlalu kelihatan lagi foto-foto.
.
Klo saya perhatikan, resto ini berusaha tampil jadul. Hal ini terbaca dari namanya yang menggunakan ejaan lama yaitu Bandar Djakarta, bukan Bandar Jakarta. Padahal resto ini berdiri baru tahun 2001, tepatnya 23 Desember 2001. Selain itu arsitektur bangunannya bergaya khas betawi jadul yang berusaha seakan kita berada di tengah pusat belanja di bandar tua Jakarta tempo doeloe yang romantis. Resto ini, katanya, didesain mengunakan ornamen-ornamen utamanya pintu-pintu tua dari toko-toko tua yang dikumpulkan dari desa-desa di sekitar Jabotabek, agar bentuk dan keaslian penampilan dapat sesuai keberadaanya yang langsung di pinggir laut dan laguna Ancol, perahu-perahu yang bersandar di tepinya, nyiur melambai serta pemandangan alam yang indah dan bersih.
.
.
Namun demikian, hal tersebut tidak didukung komponen lainnya dalam resto itu. Pakaian petugas, pegawai, dan pelayan dalam resto ini tidak mencerminkan busana tempo doeloe. Apalagi live musicnya asli musik jaman sekarang, tidak ada musik keroncong, orkes melayu, atau musik-musik jadul lainnya. Jadi, aura tempo doeloenya nggak dapet.
.
Cuma aura yang dapat disini adalah aura pasar ikan. Pasar Ikan Bandar Djakarta, merupakan ciri khas tersendiri. Di Pasar Ikan ini pengunjung resto dipersilahkan untuk berbelanja ikan, kerang, kepiting dan lainnya, persis suasananya di ruang pasar. Para pengunjung resto bebas untuk memilih ikan dan kerang, serta kepiting yang langsung ditimbang beratnya dan langsung bisa ditunggu masakannya.
.
Saya juga melihat banyak foto-foto dan tanda tangan orang terkenal yang pernah makan di Bandar Djakarta. Ada SBY, Fauzi Bowo, dan artis-artis terkenal juga, seperti grup band Radja, dll.
.
Pas sudah waktunya berbuka puasa, semuanya langsung minum. Setelah itu sebagian pergi sholat ke musholla yang terdapat di dalam restaurant Bandar Djakarta itu. Sedangkan sebagian lagi langsung menikmati hidangan pembuka yang diikuti makan malam. Lauknya ada ikan kuwe, cumi goreng tepung, dll.
.
Sambil makan sekali lagi saya perhatikan suasana resto ini. Memang romantis. Ada panggung live musik, tenda-tenda warna putih dipinggir pantai, perahu–perahu yang dihias dengan lampu warna-warni, dan tentu saja lilin di setiap meja. Makananya memang fresh dan bersih. Apalagi menurut sertifikat yang terpampang di salah satu dinding di situ, menyatakan bahwa makanan yang disajikan disini tidak mengandung zat kimia atau formalin. Ya iyalah, kan kelihatan dari awalnya ikan masih hidup trus dipukulin, trus mati, langsung dibakar.:)
.
.
Setelah selesai acara makan ternyata masih ada buah-buahan pencuci mulut. Kebetulan waktu itu di meja lain ada yang ulang tahun. Suasana cukup meriah dan lucu. Kemudian tiba-tiba teman saya Eri Surya Kelana namanya dipanggil MC untuk menyanyi di panggung. Dia sendiri kaget.:) Tampaknya kawan yang satu ini sedang dikerjain oleh teman yang lain. Selepas berbincang-bincang sebentar, lewat pukul 19.00 wib kami pun pulang berpencar dalam tiga mobil tadi, diiringi panggilan tak henti untuk Eri Surya Kelana dari Sang MC yang pantang menyerah.
.
Ketika keluar dari parkir Restaurant Bandar Djakarta dan mencari jalan keluar Ancol, mobil kami terpaksa jalan berputar-putar karena pintu keluar yang terdekat ditutup. Ada kira-kira seperempat jam lamanya kami mutar-mutar di dalam baru bisa keluar Ancol.
.
Oh ya, resto ini buka dari hari senin sampai hari minggu, disertai surprise untuk setiap acara ulang tahun. Jam operasionalnya di hari Senin-Jumat pukul 11.00-23.30 wib, sedangkan di hari Sabtu-Minggu pukul 10.00-24.00 wib. Selain untuk acara jamuan makan, Bandar Djakarta juga tersedia untuk acara pernikahan.
.
Photos Slide : Buka Puasa Bersama di Bandar Djakarta
by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
.
Cetak halaman ini (Print this page) ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar